ELEGI JALANAN SETAPAK " SUKA DUKA MENGEJAR UKG",DI PEDALAMAN PAPUA.

Oleh. Muhammad Zaki,S.Pd

(Segmen : Suka Duka mengejar UKG)
Pagi itu mendung diselimuti kabut tebal, sebuah pesawat yang hendak mendarat, sang pilot terus berusaha mencari celah untuk landing di bandara tepian jurang yang ditutupi asap putih. Hawa dingin belantara, kadang membuat tubuh tidak ingin terlepas dari selimut tebal.
Beberapa anak menghampiriku sambil tersenyum dibalik keluguannya. Salah satu anak menyapaku "Pak guru selamat pagi?"
"yaa...! Selamat pagi" jawabku.
"Pak guru, boleh main bola" tanya anak itu. "Oh... Boleh thoo.. Suruh dong ambil bola dibawah meja sana" jawabku sambil menunjukkan ke arah bola. "Terim Kasih, Pak guru" anak-anak itu berkata sambil berlari.
Sedangkan aku masih terpaku dihalam rumah, sambil mencari kehangatan. Tiba-tiba kepala sekolahku muncul dari pintu depan rumah dan menyapaku sambil bercanda "Selamat Pagi, abang mau minum kopi, teh atau susu, tapi kalau susu, sabar dulu sedikit lagi jadi"
"apa-an, saya bisa bikin sendiri kok, bang duluan sudah" jawabku.
Lanjutnya "ayo sudah, sebentar tong ke pagamba, siapa tau ada kiriman suratkah, barangkah, mungkin ada dong baik ke torang disini, kirim makanan"
Aku tidak menjawab tawaran itu, dan langsung bangkit menuju kantor sekolah, untuk memeriksa daya strom di solarsell.
Tidak lama, kemudian muncul seorang anak sambil berlari dan ngos-ngosan, sambil berkata "Pak Guru, pilot tadi ada titip surat. Ini suratnya" sambil menyerahkan surat dan aku mengucapkan "terima kasih ya...!, kamu datang kerumah dulu, baru bilang ibu guru, bikin teh. Kamu makan dulu dirumah apa yang ada, ya..!"
"iya pak guru, amano..!" jawab anak itu.
Dengan hati berdebar-debar, antara senang dan tidak, aku buka surat tersebut. Dan ternyata isinya surat pemberitahuan jadwal UKG online, dengan waktu yang tersisa 2 hari lagi. Kebetulan surat itu datang pada hari kamis, setelah berembuk dengan teman-teman kami memutuskan untuk turun gunung.
Kegiatan dilaksanakan pada hari senin, berarti kami punya waktu 2 hari untuk tiba di kota.
Kami cek jadwal pesawat tidak ada penerbangan, masyarakat bilang "pesawat ada di bugalaga" bugala itu satu hari jalan kaki. Dan hari itu juga kami jalan ke bugalaga, tiba disana sore yang sudah mulai gelap.
Sesampainya disana, kami dengat tidak ada pesawat, tapi hari sabtu baru ada pesawat di pagamba. Esoknya (jumat) kami kembali lagi ke Pagamba, jalan kaki satu satu hari naik turun gunung,
Pada hari sabtu kami sudah stanby dibandara, sesuai denga informasi yang kami dapatkan bahwa sabtu ada pesawat. Waktu menunjukkan jam 12 siang, artinya pesawat sudah tidak ada, karena siang hingga malam pesawat tidak bisa terbang, karena cuaca ekstrim. Pada waktu itu, kelaparan pun sudah melanda di kapung tengah (perut). Dan kami memutuskan untuk kembali kerumah.
Hari minggu tidak ada penerbangan, senin kami kembali ke bandara, siapa tahu ada pilot bisa melihat kami dan mendarat di bandaara. Hari itu pun sdh jam 10 belum ada pesawat, berarti hitungan menunggu pesawat sudah 4 hari.
Baru muncul pesawat siang hari sekitar jam 13, itupun hanya muat dua orang, sedangkan kami jumlahnya 4 orang.
Akan tetapi, ternyata pilo berfikir lain "Bapak ibu guru, hari ini kita tidak bisa ikut nabire, karena pilot ada ambil barang, nanti muatan tidak bisa, jadi besok pagi pilot datang jam 7, stanby di bandara. Oke...!"
Mampus sudah, sedangkan hari ini terakhir tea UKG. ya.. Sudah kalau begitu kita ikuti sudah. Besok baru kita turun, kami menyepakati bersama.
Besoknya kami sudah standby, sang pilotpun mendarat dengan aman. Sambil membuabg senyum, sang pilot membuka pintu pesawat dan berkata "Selamat Pagi,...! Yang mau nabire silahkan naik"
"terima kasih pak pilot" jawab kami hampir bersamaan. Kami naik dan duduk di kursi belakang, yang kebetulan pesawat itu hanya memuat 5 org saja.
Sesampainya kami di kota (nabire) UKG sudah berakhir kemarin dan sudah ditutup oleh Admin Pusat di Jakarta. Dengan rasa kecewa, sedih dan kehilangan harapan. Kami menerima kenyataan tersebut. Bahkan sudah berlalu 2 tahun tidak pernah dapat jadwal tepat waktu, kami selalu tertinggal. Dan bahkan tidak diberikan tangguhan waktu sedetikpun.
Janganlah, memberlakukan waktu sama dengan di jawa sana. Ini papua, serba sulit, tidak bisa dijangkau tepat waktu. Biaya mahal. Bagaimana kami bisa mencapai?
Bergumam dalam hati dengan penuh kejengkelan.
Bukan hanya hal itu saja, banyak hal lain yang dijalani dengan kegagalan, seperti kesempatan tes CPNS, pelatihan, dll. Semua diketahui disaat penyelenggaraan telah selesai.
Apakah ini disengaja supaya kami terus tertinggal? Jika bukan, kenapa tidak jauh-jauh hari menyusun perencanaan, supaya kami diberikan kesempatan?
Kami sempat mengadu ke beberapa pihak berwenang, untuk kondisi ini. Jawabannya "iya.. Saya sudah dengar itu. Nanti saya bicara dengan pimpinan" sudah berlalu 3 tahun belum ada hasil pembicaraan. Bahkan sampai saat ini tidak ada keputusan.
Oeeh... Nasib.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah,,," 4 Jenderal Belanda yang Tewas Selama Perang Aceh"

‌11 Fakta Teungku Abdullah Syafi'i, Sang Panglima GAM Paling Dihormati yang Meninggal Bersama Sang Istri

KISAH TEUNGKU CHIK DI AWE GEUTAH PEUSANGAN BIREUEN ACEH