Menjaring Asa di Ujung Timur (Kisah Nyata Kondisi Pendidikan di Pedalaman Papua)


Oleh : Muhammad Zaki, S.Pd (Dzackiey) 

"Pertama kali aku menginjakkan kaki di pulau ini 
hanya keluh kesah yang aku dengar dari kaum tertinggal, 
bukan tak sengaja ditemukan, tapi sengaja dibuat supaya tertinggal. 
Selama ada  individu yang ingin membantu, Mengajar, Memberi.
 Aku rasa tidak ada istilah tertinggal"
(Inspirasi Film Denias:2006)

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, agama dan budaya. Karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran tanpa terkecuali, baik yang kaya maupun yang miskin dan masyarakat perkotaan maupun pedesaan (terpencil). Selain itu, pendidikan merupakan hal yang paling utama dalam membentuk karakter bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara di dalam buku pengantar ilmu pendidikan menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya”.

Dalam pendidikan tidak terlepas dari sistem pembelajaran. Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem itu terdiri ataskomponen-komponen dan masing-masing komponen itu mempunyai fungsi khusus.

Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain. Sebagai misal dalam proses pembelajaran di sajikan penyampaian pesan melalui media, maka diperlukan adanya aliran listrik untuk membantu memberikan sinar. Jika aliran listrik tidak berfungsi, akan menimbulkan kesulitan bagi guru dalam melangsungkan pembelajaran. Dengan dasar inilah, pendekatan sistem dalam pembelajaran memerlukan hubungan antara komponen yang satu dengan lainnya.

Penggabungan yang menimbulkan keterpaduan yang menyatakan bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bagian. Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, para guru sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan antara sesama guru, antar guru dengan Peserta Didik , atau antar materi, guru, media, dan Peserta Didik . Sebab apalah artinya materi yang disiapkan kalau tidak ada Peserta Didik  yang menerima dan sebaliknya.

Pendidikan di katakan sebagai system maka komponen-komponen pendidikan itu meliputi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, alat dan metode, lingkungan pendidikan dan lain-lain yang menunjang usaha mencapai tujuan system.

Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output (tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental input (budaya, kependudukan, politik dan keamanan). Namun, belum semua anak Indonesia bisa merasakan pendidikan yang layak. Karena masih terdapat kekurangan dalam  ketersediaan komponen-komponen tersebut. Selain itu tidak meratanya komponen-komponen yang ada. Hal ini menimbulkan berbagai masalah pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dijabarkan tentang masalah pendidikan di Indonesia, dampak yang ditimbulkan, serta solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Semua kondisi dan masalah ril yang ada di daerah terpencil menjadi masalah bersama yang menggugah rasa nasionalisme kita untuk mengatasinya. Dalam perpektif ini rasa nasionalisme yang kita bangun terbentuk melalui kesadaran universal dari seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama memberi prioritas bagi percepatan pelayanan pendidikan dan peningkat mutu pendidikan di daerah terpencil itu.Kita tidak lagi memikul senjata untuk menentang segala bentuk kolonialisme dari luar tetapi kita membangun semangat nasionalisme untuk merasakan dan mengambil sikap kongkret dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak bangsa ini, terutama anak-anak bangsa yang terhimpit dan terlantar di balik deratan bukit dan lembah atau yang berada di daerah yang terisolir dan tertinggal.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke sentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada beberapa aspek pendidikan, termasuk tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam kaitan ini tenaga pendidik khususnya di sekolah dasar dituntut menjadi perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan-perubahan dalam proses kegiatan belajar mengajar bahkan untuk pengambil kebijakan terbaru.

Guru merupakan pundak atas kemajuan dan kemunduran sebuah pendidikan di suatu daerah, sebab guru dituntut agar mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi sosial dan geografis tertentu. Disamping itu peran serta pemerintah daerah juga termasuk member terpenting sebagai pengambil kebijakan terhadap kemajuan pendidikan di daerahnya. Pemerintah daerah melalui berbagai elemen turut bertanggungjawab dan bahkan mengontrol langsung keberlangsungan pendidikan, sebab pendidikan adalah  prioritas utama dalam membangun suatu daerah. 

SDN Inpres Mbiandoga merupkan salah satu contoh diantara banyak sekolah yang berada di wilayah Tertinggal, Terpencil, Terjauh (3T) di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua. kondisi pendidikan yang telah berdahadapan dengan posisi yang sangat memprihakan, hal ini disebabkan ketertinggalan jauh bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang berusia 71 tahun kemerdekaan. Disamping itu, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat-pun telah membentuk suatu paradikma kesejahteraan yang sangat memprihatinkan. Bila mana ditinjau dari kebutuhan masyarakat saat ini, khususnya bidang pendidikan, dipandang membutuhkan perhatian dari berbagai elemen, baik pemerintah, NGO maupun swasta. Untuk menggerakkan roda pendidikan tentunya dibutuhkan perlawanan yang sangat keras dalam memberantas keterpurukan terhadap perekonomian, Karena jika perekonomian terpuruk maka pendidikanpun akan diiringi dengan kemunduran. 

Berdasarkan hasil perjalanan kami di Distrik Mbiandoga, khususnya dan Kabupaten Intan Jaya pada umum, Mulailah  mengenali  dan  menempuh  kondisi  sekitar, banyak  keadaan yang  didapatkan  selama  ini  lebih pelik dari  apa yang diketahui sebelumnya, kondisi  ini mencakup segala sendi kehidupan  tak hanya  pendidikan, tetapi  ternyata perekonomian, kesehatan, membenahi pemahaman warga sampai menjadi tutorial bagi  warga  buta  aksara  harus  dijalankan  secara  seksama.  Perekonomian masyarakat  yang  sekarat  telah  menjadikan  masyarakat  pedalaman  jauh  dalam ketertinggalan,  mereka  masih belum mengenal  baju,  tidak  tau  makanan,  dan  banyak warga  yang belum mengenal mata uang. Kondisi kesehatan menyayatkan kalbu, harga barang kebutuhan pokok sepuluh kali lipat lebih mahal, dibandingkan dengan harga normal. Kebutuhan Transportasi yang sangat sulit, hal ini disebabkan insfrastruktur yang belum dimiliki secara umum. Untuk menempuh Ibukota Kabupaten, masyarakat harus berjalan kaki mencapai satu  minggu atau dengan menggunakan penerbangan dengan pesawat dengan biaya mencapai 20 juta per flight dan lama antrian mencapai tiga bulan.

Para tenaga pendidik berjuang semaksimal mungkin memberikan titik cahaya ilmu kepada peserta didik, yang kondisi mereka “ibarat katak di bawah tempurung” jangankan mengenal Menteri Pendidikan, Presiden Republik Indonesia saja mereka tidak kenal. Masih banyak cerita-cerita tersembunyi dibalik belantara hutan, yang tidak semua orang bisa menjelajahinya. Tapi para pendidikan itu, menjalani dengan air mata. Tidak ada yang tau bagaimana kondisi mereka saat ini. Kepada siapa mereka mengadu, berapa gaji mereka, berapa kebutuhan mereka dan siapa yang menanggung kehidupan masa depan mereka? Masih banyak pertanyaan yang tidak terjawabkan. 

Sementara diluar sana, para guru terus berupaya berlomba-lomba tunjangan, pendidikan, pelatihan. Para guru pedalaman siapa yang mau peduli, dikota Rp. 300 harga BBM naik, rebut, demo dimana-mana, disana harga BBM Rp. 50.000 per liter, siapa yang mau ikut prihatin?? Tidak ada, harga beras Rp. 1.850.000.- per-25 kg, siapa yang mau membantu?? Tidak ada. Biaya transport dengan pesawat muatan 6 orang dan 400kg barang, Rp. 22.000.000. sekali penerbangan, siapa yang mau menanggung?? Tidak ada. Lalu apa status mereka? Guru Honorer, berapa gaji mereka? Rp. 2.400.000.- per-bulan. Silakan dikalikan sendiri hasilnya. Untuk itu, kita semua yang dikota patut bersyukur, kita masih dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. (*)

-Penulis adalah Guru SDN Inpres Mbiandoga Kab. Intan Jaya Prop. Papua.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah,,," 4 Jenderal Belanda yang Tewas Selama Perang Aceh"

‌11 Fakta Teungku Abdullah Syafi'i, Sang Panglima GAM Paling Dihormati yang Meninggal Bersama Sang Istri

KISAH TEUNGKU CHIK DI AWE GEUTAH PEUSANGAN BIREUEN ACEH